Daftar Isi
Bahasa Indonesia Kelas 11 Bab 1 Kurikulum Merdeka
Halo adik-adik berjumpa lagi di Portal Edukasi.
Pada kesempatan kali ini, Admin akan membagikan materi baru nih untuk Kurikulum Merdeka terbaru.
Pada materi kali ini akan membahas tentang Rangkuman Materi Bahasa Indonesia Kelas 11 Bab 1 : Mengenalkan dan Mempromosikan Produk Pangan Lokal Indonesia.
Yuk mari disimak!
KURIKULUM MERDEKA
Rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 11 Bab 1
Mengenalkan dan Mempromosikan Produk Pangan Lokal Indonesia
Teks Argumentasi
Sebelum kita membahas teks argumentasi, kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu argumentasi?
Argumentasi menurut KBBI adalah alasan untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.
Kemudian teks argumentasi adalah salah satu jenis teks yang memiliki tujuan untuk meyakinkan pembaca terhadap suatu pendapat atau ide atau gagasan dengan didukung oleh fakta dan data.
Struktur dari teks argumentasi adalah:
- Pendahuluan
- Argumen utama
- Kesimpulan
Pendahuluan seperti biasa berisikan tentang apa yang akan dibahas.
Argumen utama berisikan argumen atau pendapat tentang topik yang dibahas disertai fakta dan data.
Kesimpulan berisikan rangkuman dari isi teks argumen secara ringkas.
Berikut ini adalah contoh dari teks argumentasi:
Ketahanan Pangan Lokal
Ketahanan pangan Indonesia terbukti berkelanjutan secara sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan jika dibangun dengan basis sumber daya lokal. Keyakinan tersebut sudah mengemuka sejak tahun 1980-an, bahkan ketika ketahanan pangan nasional akhirnya bergantung hanya pada beberapa komoditas, utamanya beras sebagai sumber karbohidrat.
Ketergantungan pada beras sebagai sumber utama energi berlanjut hingga kini di tengah bukti-bukti akademis bahwa Indonesia mempunyai banyak sumber pangan lain yang dapat menggantikan beras. Salah satu sumber pangan tersebut adalah sagu. Potensi sagu yang dimiliki oleh Indonesia sangat luar biasa karena Indonesia memiliki hutan sagu terluas di dunia. Hampir semua tanaman sagu kita tumbuh di Papua dan Papua Barat. Meskipun merupakan potensi pangan yang besar, perhatian pada sagu masih minim. Salah satu indikasinya adalah data luas hutan sagu, angkanya berkisar 1,4 juta hektar hingga 5,5 juta hektare.
Pemanfaatan sagu sebagai bahan pangan, sumber pendapatan masyarakat, dan pemanfaatan lain masih terbatas. Harian Kompas melaporkan kemarin, salah satu upaya pemanfaatan sagu dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Papua dan Dinas Ketahanan Pangan Papua. Kedua lembaga itu membangun kelompok kampung penghasil sagu. Warga di dalam kelompok kampung itu diperkenalkan teknologi pemanenan dan pengolahan sagu menjadi tepung menggunakan alat buatan I Made Budi, pengajar di Universitas Cenderawasih. Teknologi tepat guna ini berhasil meningkatkan produksi sagu dan pendapatan warga.
Meskipun program ini baru berjalan sejak awal tahun 2019, keberanian mencoba telah memberikan hasil. Keberhasilan salah satu kampung di Papua tersebut telah membuka kesempatan untuk mereplikasi sistem ini untuk daerah lain. Baik itu daerah yang menghasilkan sagu maupun wilayah yang sumber pangannya bukan sagu.
Program pengelompokan kampung sagu tersebut memperlihatkan pendekatan sosial dan ekonomi pada masyarakat berperan lebih penting dalam keberhasilan daripada sekadar menyediakan dana dan peralatan. Penggunaan teknologi sesederhana apa pun membutuhkan budaya baru. Program ini sekaligus mengajak masyarakat memasuki cara hidup rasional dan terbuka terhadap perubahan.
Sekarang ini, sumber pangan lokal telah beradaptasi dengan lingkungan setempat sehingga mengurangi jejak karbon karena diproduksi lokal. Dengan demikian, dari pengolahan pangan lokal ini telah membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Kegiatan ini juga telah menjadikan produk pangan lokal telah menjadi sumber ekonomi yang bersumber pada masyarakat sehingga menguatkan komunitas yang ada di masyarakat. Oleh karena itu, dari inisiatif di Papua, pemerintah, dan masyarakat dapat mengambil langkah konkret memetakan kembali sumber pangan lokal sebagai dasar membangun ketahanan pangan yang dapat diandalkan.
Tidak dapat kita pungkiri bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar. Tidak sedikit kekayaan hayati tersebut dimanfaatkan negara lain dan kita tidak mendapat apa pun. Di tengah bukti-bukti terjadinya perubahan iklim, sudah saatnya kita menaruh perhatian pada sumber pangan lokal untuk menjamin keberlanjutan hidup kita.
Perbedaan Ide Pokok dan Ide Pendukung
Dalam setiap jenis teks pasti ada yang namanya ide pokok dan ide pendukung.
Ide pokok adalah rancangan pokok yang tersusun di dalam pikiran, gagasan atau merupakan suatu pikiran utama dari sebuah paragraf.
Perlu diingat bahwa dalam satu paragraf hanya akan memiliki satu ide pokok saja!
Nah kemudian ide pokok tersebut dijabarkan dalam ide-ide penjelas yang dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas.
Perbedaan Paragraf Deduksi dan Paragraf Induksi
Paragraf deduksi adalah sebuah paragraf yang kalimat utama terletak di awal paragraf dan diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas.
Contohnya:
Indonesia merupakan negara besar yang sedang giat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan warganya. Untuk meningkatkan perekonomian tersebut, Indonesia giat meningkatkan kegiatan produksi di segala sektor, khususnya sektor pangan. Pemerintah didukung oleh masyarakat sedang berusaha memenuhi kebutuhan pangan bagi lebih dari 270 juta penduduk Indonesia. Kebutuhan pangan bagi penduduk Indonesia yang jumlahnya sangat besar tersebut diharapkan bisa dipenuhi dari produk pangan lokal. Produk pangan lokal akan dipasok oleh petani-petani Indonesia yang mengolah lahan pertanian dengan cara modern dan menggunakan teknologi terbaik. Tugas pemerintah kemudian adalah membantu para petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi pangan dari setiap musim panen.
Sedangkan paragraf induksi adalah sebuah paragraf yang diawali dengan kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat utama.
Contohnya:
Berbagai jenis panganan tradisional yang kita kenal menggunakan pati sagu sebagai bahan dasarnya. Untuk mendapatkan pati sagu harus melalui beberapa tahap atau proses. Pertama-tama dilakukan pemilihan pohon yang akan ditebang yang biasanya sudah berusia sekitar 810 tahun. Setelah pohon ditebang, dilakukan proses pembersihan batang pohon dan pemotongan batang pohon menjadi lebih kecil yang disebut tual. Tual tersebut dibawa keluar dari kebun dan akan mengalami proses pemarutan dengan mesin parut. Serbuk hasil parutan tadi ditampung di dalam sebuah bak yang berisi air yang akan dikeluarkan melalui sebuah pipa yang telah diberikan saringan sehingga menjadi sagu cair. Sagu cair tersebut kemudian didiamkan kurang lebih selama dua minggu hingga membeku dan menjadi sagu basah. Sagu basah itu kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari sehingga menjadi tepung sagu. Begitulah proses panjang yang dilalui dari sebatang pohon sagu hingga akhirnya dapat menjadi pati sagu dan siap diolah menjadi berbagai macam jenis pangan.
Perbedaan Fakta dan Opini
Berikut ini adalah perbedaan antara fakta dan opini yang bisa kalian lihat melalui tabel:
Poster sebagai Jenis Teks Persuasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, poster adalah plakat yang dipasang di tempat umum (berupa pengumuman atau iklan).
Tujuan dari poster adalah memberikan informasi, mengajak, dan mengimbau banyak orang melakukan sesuatu seperti apa yang digambarkan atau dituliskan pada poster tersebut.
Jadi kita bisa menggunakan poster sebagai media untuk menyampaikan teks persuasi yang kita inginkan.
Apabila kalian sudah cukup memahami materi ini, coba juga latihan soal materi ini pada link dibawah ini:
Latihan Soal Bahasa Indonesia Kelas 11 Bab 1 Kurikulum Merdeka
Sekian rangkuman yang dapat Admin bagikan kali ini tentang rangkuman Bahasa Indonesia Kelas 11 Bab 1 Kurikulum Merdeka.
Jangan lupa share ke teman teman kalian apabila kalian merasa artikel ini bermanfaat untuk kalian.
Selalu kunjungi Portal Edukasi untuk rangkuman materi lainnya ya.
Baca Juga: Bahasa Indonesia Kelas 11 Bab 2 Kurikulum Merdeka